HOME PROFIL MEDIA AJAR PERANGKAT AJAR RUANG DISKUSI AKUN BELAJAR.ID
Pada saat jam Gali 35 (Gerakan aksi lingkungan 3 kali sehari selama 5 menit), Guru meminta peserta didik mengumpulkan sampah yang ada di sekitar tempat duduk dan menyiram taman kelas. (Peduli Lingkungan)
Guru meminta peserta didik berhati-hati menggunakan peralatan TIK dan sumber arus listrik, memperhatikan jarak pandang dengan perangkat elektronik (HP/ laptop/ komputer/ dsb) antara 35 s.d 60 cm, dan mentaati protokol kesehatan. (SRA)
Murid dapat:
KKA-LEKA-5 Menganalisis konten deep fake dalam bentuk gambar, audio, atau video.
Halo!
Selamat datang pada sesi pembelajaran Kecerdasan Artifisial.
Pada sesi awal ini, kalian diminta untuk mengingat materi sebelumnya.
Tayangan Video : https://www.youtube.com/watch?v=flm_7osMkAk
Pertanyaan pemantik: Memberi komentar dari video.
Kalau kita ingin komputer atau robot melakukan sesuatu, menurut kalian apa yang harus kita lakukan terlebih dahulu?
Dalam contoh pembelajaran ini, akan membahas salah satu teknologi KA generatif yaitu deepfake yang merupakan gabungan dari kata deep learning dan fake (palsu). Deepfake adalah teknik memanipulasi gambar, suara, atau video dengan KA sehingga tercipta konten baru yang terlihat asli dan meyakinkan.
Deepfake bekerja menggunakan dua algoritma, yaitu generator dan diskriminator. Generator membuat kumpulan data pelatihan berdasarkan output yang diinginkan dan membuat konten digital palsu awal. Sementara diskriminator menganalisis seberapa realistis atau palsu versi awal konten tersebut. Proses ini diulang, sehingga generator dapat meningkatkan kemampuan dalam membuat konten yang realistis, dan diskriminator menjadi lebih terampil dalam menemukan kekurangan untuk diperbaiki oleh generator.
Teknologi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan, mulai dari hiburan dan seni hingga penipuan dan disinformasi. Misalnya, deepfake dapat digunakan untuk membuat film dimana aktor yang sudah meninggal "hidup kembali" atau untuk membuat parodi yang lucu. Namun, deepfake juga memiliki potensi untuk digunakan dalam pembuatan berita palsu yang tampak realistis, pemerasan, atau bahkan sabotase politik. Untuk mendeteksi deepfake bisa menjadi tantangan karena teknologi ini terus berkembang dan menjadi semakin canggih.
Teknik dalam deepfake merupakan sorotan utama dalam era modern komputasi visual, di mana pengembangan yang cepat dalam kecerdasan buatan memungkinkan manipulasi yang semakin kompleks terhadap konten multimedia, menciptakan tantangan baru terkait keaslian informasi dan privasi individu. Ada beberapa teknik yang digunakan dalam pembuatan deepfake, termasuk:
Teknik ini melibatkan pertukaran wajah antara dua individu dalam sebuah gambar atau video. Teknologi ini sering digunakan dalam aplikasi hiburan seperti aplikasi pengubah wajah. Untuk mencoba teknik tersebut, Anda bisa mengunjungi laman https://remaker.ai/face-swap-free/ dengan cara menyiapkan dua buah gambar yang akan ditukarkan wajahnya yaitu satu gambar asli yang akan diganti wajahnya, dan satunya adalah target face yang akan dimasukkan ke gambar original. Selanjutnya, gambar diunggah ke aplikasi.
Teknik ini melibatkan sinkronisasi gerakan bibir, mulut, wajah, atau bahkan tubuh subjek dalam foto atau video seseorang dengan suara orang lain atau dengan trek audio tertentu. Ini sering digunakan untuk membuat seseorang tampak mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak mereka katakan. Untuk mencoba teknik tersebut, Anda bisa mengunjungi laman https://www.vozo.ai/ dengan cara menyiapkan sebuah gambar atau video. Selanjutnya membuat teks kalimat yang akan digunakan sebagai bahan subjek berbicara.
Teknik ini melibatkan penggunaan wajah seseorang untuk mengontrol ekspresi dan gerakan wajah orang lain dalam video. Dalam teknik ini, gerakan wajah seseorang diambil dan diterapkan pada wajah orang lain.
Selain manipulasi video, teknologi deepfake juga dapat digunakan untuk meniru suara seseorang. Dengan menggunakan data suara dari individu, model deep learning dapat menghasilkan rekaman audio yang terdengar sangat mirip dengan suara asli individu tersebut.
---
Mendeteksi deepfake bisa menjadi tantangan karena teknologi ini terus berkembang dan menjadi semakin canggih. Namun, ada beberapa tips yang disarankan oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) untuk mendeteksi deepfake secara manual :
a) Perhatikan Wajah : Transformasi wajah merupakan ciri khas deepfake kelas atas. Amati perubahan yang mencolok pada wajah orang dalam konten tersebut.
b) Analisis Bagian Pipi dan Dahi : Apakah kulit terlihat terlalu halus atau terlalu keriput? Perhatikan apakah usia kulit sesuai dengan usia rambut dan mata. Ketidaksesuaian ini dapat menjadi indikator deepfake.
c) Observasi Kacamata : Apakah ada silau yang tidak konsisten atau terlalu banyak silau? Amati apakah sudut silau berubah saat orang tersebut bergerak. Deepfake seringkali gagal memproduksi efek pencahayaan secara alami.
d) Analisis Rambut di Wajah : Perhatikan apakah rambut wajah terlihat nyata. Deepfake mungkin menambah atau menghapus kumis, cambang, atau janggut, tetapi seringkali gagal membuat transformasi rambut wajah terlihat alami.
e) Amati Tahi Lalat di Wajah : Keaslian tahi lalat pada wajah juga perlu diperhatikan sebagai tanda deepfake.
f) Perhatikan Kedipan : Apakah frekuensi kedipan terlihat normal? Kedipan yang tidak wajar dapat menjadi petunjuk deepfake.
g) Analisis Ukuran dan Warna Bibir : Apakah ukuran dan warna bibir sesuai dengan bagian lain wajah? Ketidaksesuaian ini dapat menjadi tanda deepfake.
Deepfake berkualitas tinggi tidak mudah dikenali, tetapi dengan latihan, orang dapat membangun intuisi untuk mengidentifikasi mana yang palsu dan mana yang asli. Anda dapat berlatih mencoba mendeteksi deepfake yang disediakan oleh MIT, berikut adalah langkah-langkahnya :
1. Buka tautan :
https://detectfakes.kellogg.northwestern.edu/ dan selanjutnya akan muncul halaman seperti berikut :
Pengguna diperlihatkan serangkaian gambar dan gambar-gambar ini dapat berupa foto asli atau gambar buatan KA. Tujuannya yaitu untuk memahami seberapa baik orang dapat membedakan antara gambar asli dan gambar buatan KA.
2. Pengamatan visual awal :
Setelah diperbesar gambarnya, Anda bisa melihat bahwa ada beberapa kejanggalan seperti yang terlihat pada gambar dibawah.
3. Untuk memastikan apakah gambar itu hasil rekayasa atau bukan, anda juga bisa menggunakan alat pendeteksi konten deepfake salah satunya adalah Hive Moderation (yang bisa diakses melalui https://hivemoderation.com/ai-generated-content-detection
Cara penggunaannya mudah, yakni dengan mengunggah gambar, lalu HiveModeration akan menampilkan hasil probabilitas apakah gambar itu asli atau dibuat dengan KA.
Gambar 1.19. Mendeteksi gambar deepfake melalui HIVE Moderation Tangkapan layar HIVE Moderation
yang bisa dijadikan alternatif untuk mendeteksi gambar buatan KA secara daring (19 Maret 2025)
4. Situs lainnya yang dapat digunakan untuk mendeteksi gambar rekayasa, yakni Is It AI yang bisa diakses melalui https://isitai.com/ai-image-detector/. Alat ini juga dapat membantu mengetahui kemungkinan suatu gambar dibuat oleh manusia atau algoritma KA. Akan muncul persentase “KA” dan “Manusia” ketika gambar dimasukkan pada kolom pendeteksi gambar. Jika persentase KA lebih besar, kemungkinan gambar tersebut bukan buatan manusia.
Gambar 1.20. Mendeteksi gambar deepfake melalui Is It AI Tangkapan layar Is It AI
yang bisa dijadikan alternatif untuk mendeteksi gambar buatan KA secara daring (19 Maret 2025)
Namun, penting dicatat bahwa hasil pendeteksian gambar tidak selamanya akurat, mengingat KA juga semakin pintar. Kendati demikian, keberadaan alat-alat pendeteksi deepfake di atas dapat membantu memberi gambaran dalam bentuk persentase dan probabilitas gambar yang dibuat dengan komputer. Dengan meningkatkan kewaspadaan dan memanfaatkan teknologi yang tersedia, kita dapat terhindar dari penipuan yang menggunakan gambar hasil rekayasa KA.
LEMBAR KERJA
Topik: Analisis Konten Deepfake (Gambar, Suara, atau Video)
Metode: Kerja Kelompok
Tujuan:
Peserta pelatihan mampu mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi konten deepfake serta memahami dampak, etika, dan solusinya secara kritis dan kolaboratif.
Langkah Kegiatan:
1. Pembentukan Kelompok
Bentuk kelompok yang terdiri dari 2–3 peserta.
2. Studi Kasus / Contoh Konten
Kelompok akan diberi satu atau lebih contoh konten deepfake dalam bentuk gambar, suara, atau video yang bisa diunduh melalui tautan berikut :
https://s.id/bimtekkkasmp2025.
3. Analisis Konten Deepfake
Diskusikan dan lengkapi tabel analisis berikut:
Aplikasi Deepfake Detector yang bisa digunakan:
v Guru memandu refleksi bersama (Bersahabat/ Komunikasi) (Comunication dan Colaborative 4K) [Eksplorasi Pemahaman]
Apa yang sudah dipelajari?
Apa kendala yang dihadapi dan bagaimana cara mengatasinya?
Apa manfaat belajar algoritma dan pemrograman visual?
v Guru memberikan penguatan konsep dan motivasi.
v Guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik untuk mengetahui sejauh mana peserta didik memahami materi pembelajaran. (Comunication dan Colaboration)
v Guru dan peserta didik menyimpulkan tentang materi yang dipelajari. Guru memberikan poin-poin penting mengenai materi yang telah dipelajari. (Comunication dan Colaboration)
v Guru memberikan motivasi dan memuji hasil karya peserta didik. (SRA)
v Guru bersama peserta didik mensyukuri nikmat dan karunia yang diberikan Tuhan, dan meminta peserta didik bedoa dan meninggalkan ruangan dengan tertib. (Religius dan Disiplin)